Politisi PDI-P Arteria Dahlan mengumumkan pengunduran dirinya dari DPR RI dengan menyerahkan kursinya kepada Romy Soekarno. Meskipun Arteria menyebut langkah ini sebagai tindakan terhormat, banyak pihak mempertanyakan latar belakang dan implikasi dari keputusan tersebut.

Kritikus menilai bahwa pengunduran ini bisa jadi mencerminkan ketidakpuasan terhadap kinerja di parlemen, serta upaya untuk merespons tekanan politik menjelang pemilu mendatang. Sebagian berargumen bahwa serah terima kursi ini menunjukkan dinamika internal partai yang tidak sehat, di mana loyalitas menjadi alat untuk mempertahankan posisi.

Romy Soekarno, yang kini mendapatkan kursi tersebut, diharapkan dapat melanjutkan agenda PDI-P. Namun, apakah ia mampu memenuhi ekspektasi publik dan mempertahankan integritas partai menjadi tanda tanya besar. Arteria, dalam pernyataannya, seolah ingin tampil sebagai politisi yang bertanggung jawab, tetapi pengunduran dirinya justru membuka diskusi lebih luas tentang transparansi dan akuntabilitas dalam praktik politik di Indonesia.

Baca juga:  DPR Republik Indonesia Resmi Menambah Jumlah Komisi Menjadi Tiga Belas

Langkah ini, meskipun dikemas dengan nuansa positif, dapat dianggap sebagai sinyal bahwa pergeseran kekuasaan dalam partai semakin nyata, dan membangkitkan kekhawatiran akan praktik politik balas budi yang bisa merusak prinsip demokrasi.

“Saya ini, bisa seperti ini karena Ibu Mega dan keluarga besar Bung Karno. Sudah saatnya ya kalau boleh dibilang saya membalas (budi). Hanya ini yang bisa saya lakukan. Iya kan?” ujar Arteria kepada wartawan, Senin (30/9/2024).