Oleh : Husni Mubarok (Ketua Umum BPL HMI Cabang Jambi)

Catatan ini tidak hanya mengkritik tentang perkembangan perkaderan HMI akhir-akhir ini, ataupun memprotes tentang keadaan dalam proses perkaderan di masa sekarang, akan tetapi catatan ini juga mencoba memberikan solusi yang serat akan saran perbaikan demi tercapainya suatu bentuk perubahan yang signifikan dalam tubuh perkaderan hmi serta mencoba menawarkan sistem perkaderan atau pendidikan di ranah organisasi HMI secara khusus dan umumnya organisasi yang sama dalam sistem dan metode pembelajaran dalam sebuah organisasi kemahasiswaan serupa seperti HMI,
Mengutip kata-kata dari Nelson Mandela _”Pendidikan adalah senjata paling mematikan di dunia, karena dengan pendidikan, Anda dapat mengubah dunia.”_ sebagaimana yang kita ketahui bahwa sistem pendidikan sangatlah penting bagi setiap negara, dengan sistem pendidikan yang dikatakan oleh nelson mandela tersebut merupakan sebuah gambaran pada kita betapa pentingnya pendidikan yang dengannya mampu mengubah tatanan dunia, perbaikan kepada sistem pengkaderan hmi yang hampir menginjak usia tua pun semestinya harus di ubah dengan pola-pola yang mengikuti zaman serta perkembangan dunia saat ini, sudah saatnya Revolusi sistem perkaderan hmi yang relevan dengan zaman dengan pola-pola pentrainingan yang lebih memperhatikan kebutuhan hari ini dan mampu menjawab tantangan masa depan mesti di bentuk dan di rekonsiliasi kembali. Perombakan sistem perkaderan hmi yang inklusif mesti dilakukan dengan memperhatikan beberapa aspek yangbdi butuhkan masa kini, sistem pengelolaan pentrainingan serta unsur-unsur yang mendukung seperti hal nya, Tim Pengelola atau instruktur yang memandu jalan nya training formal maupun informal yang ada di HMI mesti memiliki kualifikasi khusus, aktif serta kreatif dalam menciptakan suasana forum yang di inginkan oleh peserta dan sampai pada tujuan training yang di inginkan.
Tidak bisa kita pungkiri bahwa dalam sistem perkaderan di tubuh HMI masih sering kita jumpai para oknum-oknum senior yang memperbudak juniornya dalam proses pengkaderan, penindasan dalam bentuk intelektual pun sering terjadi, bahkan keadaan tersebut di perparah lagi dengan pandangan yang lebih menyedihkan yang terjadi di tubuh HMI adalah ada oknum senior HMI yang sampai mematikan langkah junior nya untuk berproses jika tidak mau mengikuti kemauan seniornya hanya demi kepentingan ataupun sebuah jabatan. Yang sejatinya kemauan itu terkadang dipaksakan terjadi meskipun terkadang senior tersebut pun mengetahui bahwa hal itu semestinya tidak terjadi dan tidak baik untuk di lakukan,
Masih sukar kita melihat oknum-oknum senior yang dengan terang-terangan mencekoki pemahamannya kepada juniornya untuk sepemahaman dengannya, hal ini jelas tidak boleh di lakukan dikarenakan mengingat bahwa kader HMI sejatinya haruslah Independen termasuk dalam persoalan pemikiran dan pemahaman, sistem pengkaderan HMI yang semestinya memerdekan kader seakan-akan hari ini memenjarakan kadernya sendiri yang pada akhirnya akan berdampak dan berimplikasi kepada kerusakan ditubuh HMI itu sendiri. belum lagi jika kita berhadapan dengan realitas ruang forum training Formal Latihan Kader I yang merupakan bagian terpenting untuk regenerasi kader dan organisasi HMI akhir-akhir ini terkontaminasi dengan kepentingan-kepentingan di luar tujuan latihan kader I itu sendiri, LK I yang seharusnya menjadi Forum yang paling sakral dan sangat menentukan arah regenerasi HMI kedepan malah dijadikan ajang kompetisi seakan-akan berlomba-lomba memperbanyak kader di setiap komisariat. Walhasil, segala cara dilakukan oleh panitia pelaksana untuk menarik para calon-calon kader untuk mengikuti training bahkan beberapa di antara mereka dipaksa untuk ikut dengan iming-imingan yang di tawarkan yang setelah itu pasca dari LK I mereka malah tidak dibina dan tidak di ajak untuk berproses dengan baik ketika menjadi kader HMI, ini tentunya melepas tanggung jawab serta kewajiban yang harus dilakukan setelah latihan kader I selesai, bahkan di antara mereka pun masih kebingungan dalam proses perkaderan HMI, hal ini terjadi karena panitia yang tidak bertanggung jawab, Instruktur dan Pemateri yang hanya sekedar memberikan Materi, bahkan yang menjadi pemateri pun terkadang memaksa untuk memberikan materi training hanya untuk eksistensi diri, Tim Master Of training yang tidak terkualifikasi sebagai MOT pun masih banyak kita temui, master-master yang hanya sekedar *Training Senior Course* demi menjadi seorang yang di akui sebagai Master pun juga bagian dari fenomena yang sering terlihat di HMI, para master-master yang tidak memenuhi kualifikasi sebagai pemandu training pun terkadang mamaksakan diri untuk ikut terlibat dalam kegiatan pentrainingan, hal ini berakibat fatal dalam sistem nilai-nilai pengkaderan HMI, Tim Master yang seharusnya menjadi panutan, suri tauladan serta prototype dari profil kader hmi hari ini pun tidak mampu untuk menjalankan hal tersebut. Yang pada akhirnya mereka pun hanya sekedar menjalankan tugas serta kewajibannya dalam pentraining bahkan lebih berkesan ala kadarnya saja yang penting terlaksana dengan baik.
Dari beberapa kasus yang terjadi Inilah menjadi landasan bagi saya, kenapa harus adanya perbaikan dan perubahan dalam sistem pentrainingan HMI saat ini, terlebih lagi di era Globalisasi digital saat ini, dimana abad modern dengan tawaran tekhnologi yang canggih saat ini menawarkan kemudahan serta membantu manusia dalam pekerjaan, tentunya tawaran ini adalah hal yang tidak ingin kita lewatkan begitu saja, mengutip sedikit kata-kata dari buku the _future shock_ yang di tulis oleh Alvin toefler _” Untuk bertahan hidup, untuk menghindari apa yang kita sebut guncangan masa depan, individu harus menjadi jauh lebih mudah beradaptasi dan mampu daripada sebelumnya. Ia harus mencari cara yang sama sekali baru untuk menambatkan dirinya, karena semua akar lama, agama, bangsa, komunitas, keluarga, atau profesi, sekarang terguncang oleh dampak badai dorongan akseleratif. Namun, sebelum ia dapat melakukannya, ia harus memahami secara lebih rinci bagaimana efek percepatan menembus kehidupan pribadinya, merayap ke dalam perilakunya, dan mengubah kualitas keberadaannya. Dengan kata lain, ia harus memahami kefanaan.”_
sistem perkaderan era digital adalah yang sangat relevan dalam menjawab problematika yang di hadapai oleh HMI saat ini dan memberikan suasan baru dalam metode pentrainingan HMI yang merupakan organisasi berbasis kaderisasi, maka dari itu saya mencoba menawarkan solusi terbaik untuk proses kaderisasi HMI dengan memberikan pemahaman kepada kader HMI khususnya para Master Of training dalam memanfaatkan tekhnologi di era digitalisasi sebagai bentuk adaptasi dan mengembangkan kreatifitas pengajaran di training HMI baik formal maupun informal.
Analisis Pendekatan untuk Perbaikan sistem pengkaderan HMI yang coba saya lakukan dan tawarkan ialah :
1. *Digitalisasi Materi Kaderisasi :* Menceritakan platform online untuk menyimpan dan menyebarkan materi kaderisasi. Ini bisa berupa e-book, video, dan modul interaktif yang mudah diakses oleh seluruh kader HMI.
2. *Pelatihan Daring :* Mengadakan pelatihan dan workshop Penggunaan Media Sosial.
3. *Memanfaatkan media Platform Diskusi dan Kolaborasi :* Membuat forum diskusi online yang memungkinkan kader untuk berkolaborasi, berdiskusi,
4. *Keterlibatan dalam Isu Kontemporer :* Mengajak kader untuk terlibat dalam isu kontemporer. Mengindentifikasi persoalan dengan mengadaptasi sistem pengkaderan HMI ke era digital, diharapkan proses kaderisasi menjadi lebih efektif, inklusif, dan relevan.
Ini hanya sebagian yang bisa dilakukan dengan memanfaatkan tekhnologi hari ini untuk keberlangsungan proses kaderisasi di HMI, tentunya langkah-langkah strategi yang lebih kongkrit dan efektif adalah dengan merekonsiliasi sistem pengkaderan HMI dengan bersama-sama serta melakukan Revolusi besar-besaran dalam perubahan sistem pembelajaran HMI dengan melibatkan unsur-unsur yang lebih besar lagi demi tercapainya tujuan HMI serta tujuan Perkaderan HMI yang lebih baik serta mendorong kemajuan Organisasi dalam menjawab persoalan-persoalan keummatan dan kebangsaan di masa yang akan datang, serta menanggalkan budaya lama dalam sistem pemenjaraan pemahaman kader dan sedikit memberikan ruang serta peluang untuk berkreatifitas dan bergerak dalam proses kaderisasi, agar kebermanfaatan dan pembelajaran dapat merata didapatkan oleh setiap kader yang berproses di HMI, dengan mengembalikan nilai independensi HMI dan meletakan nilai tersebut ke tempat yang semestinya, dengan begitu saya yakin dan percaya apa yang menjadi cita-cita dan harapan dari Leluhur kita dalam mendirikan Organisasi HMI dapat terwujud dan terlaksana sesuai dengan tujuannya.

Baca juga:  Surat Terbuka untuk Calon Kepala Daerah. Aktualisasi Politik Madani : "Sebuah Saran untuk Keharmonisan Bersama."