Jakarta, Indonesiamenyala.com – Deflasi sebesar 0,12% yang diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada September 2024 menandai lima bulan berturut-turut penurunan harga di Indonesia. Di tengah banyaknya acara dengan antrean panjang—travel fair, festival, dan lainnya—masyarakat tetap terjebak dalam kenyataan pahit: daya beli terus merosot.
Kondisi ini menimbulkan pertanyaan kritis: Apakah ekonomi kita benar-benar baik-baik saja? Di balik wajah optimis itu, tersembunyi fakta bahwa jurang antara si kaya dan si miskin semakin melebar. Turunnya harga memang bisa dilihat sebagai respons pasar terhadap daya beli yang merosot, tetapi ini juga memperlihatkan kelemahan mendasar dalam sistem ekonomi kita.
Deflasi adalah sinyal awal menuju resesi, sebuah langkah ke arah jurang yang seharusnya dihindari. Mengapa kita menggunakan istilah “jurang”? Hanya mereka yang tidak berpikir yang mau melompat ke dalamnya. Sebaliknya, orang-orang yang cerdas akan memilih mendaki, meski jalan.
Bahwa meskipun penurunan harga barang dapat terdengar menguntungkan bagi konsumen, dampak jangka panjang dari deflasi justru bisa sangat merugikan bagi perekonomian suatu negara.
Deflasi terjadi ketika harga barang dan jasa mengalami penurunan secara umum. Pada pandangan pertama, ini mungkin tampak positif, karena konsumen bisa mendapatkan barang dengan harga lebih murah. Namun, ketika harga terus menurun, konsumen cenderung menunda pembelian dengan harapan akan ada penurunan harga lebih lanjut. Akibatnya, permintaan (demand) akan barang-barang tersebut menurun, yang menyebabkan perlambatan dalam aktivitas ekonomi.
Dalam situasi di mana permintaan menurun, produsen terpaksa menurunkan harga jual untuk menarik minat konsumen. Hal ini sering kali berujung pada pengurangan produksi dan pemangkasan tenaga kerja, yang pada gilirannya meningkatkan angka pengangguran. Ketika lebih banyak orang kehilangan pekerjaan, daya beli masyarakat menurun, dan siklus negatif ini dapat berlanjut.
Oleh karena itu, meski deflasi tampak menguntungkan bagi konsumen dalam jangka pendek, efek jangka panjangnya dapat menimbulkan krisis ekonomi yang lebih serius. Perekonomian yang melambat dan tingginya angka pengangguran menjadi bukti bahwa deflasi lebih banyak mendatangkan masalah daripada manfaat.
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.