Jambi sebagai wilayah yang dialiri sungai terpanjang di Sumatera pernah menduduki peran penting sebagai pusat peradaban melayu kuno dimasa lampau. Kekayaan kebudayaan yang masih berselimut misteri dipandang perlu untuk diungkap ketengah publik sebagai bagian dari pengabdian organisasi profesi Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) Komisariat Daerah Sumatera Bagian Selatan bekerjasama dengan Yayasan Sahabat Sungai Batanghari, Masyarakat Sejarawan Indonesia Wilayah Jambi, Bidang Kebudayaan dan Pariwisata HMI Cabang Jambi dan Komunitas Melalar yang diselenggarkan dalam bentuk Diaolog Budaya IAAI seri ke-7 mengangkat tema perbincangan ”Catatan Pengalaman IT-SING dan Mahaguru Atisa di Muarajambi pada ratusan tahun silam.

Tujuan utama perbincangan yang digelar di kopi Broyat pada tanggal 23 November 2024 dari pukul 19;00 hingga 22: 00 Wib ini untuk memperlihatkan hasil penelitian Dr. Azad Hind Gulshan akademisi dari Universitas Nalanda India selaku tamu dan pemantik diskusi terkait peran dan sumbangan intelektual Jambi dimasa lampau dalam bidang pendidikan dan pengetahuan yang memberikan kemanfaatan luas bagi dunia yang terasa bahkan hingga saat ini.

Baca juga:  PERMAHI Jambi Audiensi dan Berkunjung ke Kejaksaan Tinggi Jambi

Berdasarkan hasil penelitian narasumber beberapa tahun belakangan terutama bersumber dari catatan kuno, kedua tokoh besar ini yakni IT-SING dan Mahaguru Atisa datang belajar ke Candi Muarajambi kepada beberapa guru dan kemudian mengembangkan dan menyeberkan pengetahuan tersebut keberbagai wilayah di Asia terurama di Tibet. India dan China. Pengetahuan sejarah ini penting untuk menjadi inspirasi, dan motivasi kepada kaum muda Jambi dimana dimasa lampau wilayah peradaban melayu pernah melahirkan banyak intelektual yang dengan pengetahuannya memberikan kemajuan dan perdamaian bagi peradaban lain.

Ketua IAAI Komda Sumbagsel, Asyhadi Mufsi Sadzali, berharap diskusi kebudayaan di Jambi perlu digelar secara rutin setidaknya sebulan sekali dengan beragam topik kebudayaan untuk mengungkap kekayaan kebudayaan Jambi yang masih terpendam. Hal ini sejalan sengan amanah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 Tentang Pemajuan Kebudayaan, serta Peraturan Daerah Provinsi Jambi Nomor 5 Tahun 2023 Tentang Perubahan atas PERDA Nomor 7 Tahun 2013 Tentang Pelestarian dan Pengembangan Budaya Melayu Jambi. Diskusi maupun dialog budaya penting dilaksanakan secara kolaboratif melibatkan berbegai komponen yang memiliki perhatian dan minat terhadap kebudayaan. Dengan demikian secara perlahan masyarakat Jambi akan mengenal kekayaan kebudayaannya serta terinspirasi dan termotivasi untuk bergerak menjadikan kebudayaan tidak hanya sebatas pengetahuan namun dimanfaatkan serta dikembangkan untuk kesejahteraan sosial, ekonomi, dan budaya. Sebagai penyelenggara dialog budaya, IAAI KOMDA SUMBAGSEL mengucapkan terima kasih kepada seluruh rekan organisasi kolaborasi, dan pihak yang mendukung, serta para sahabat pemerhati dan pelestari budaya yang menyempatkan hadir di diskusi. Berharap kawan kawan lain akan menjadi penyelenggara dan IAAI Komda Sumbagsel siap mendukung dan bekerjasama.

Baca juga:  Komitmen Pemenuhan Hak Perempuan dan Anak Pasca Perceraian, PuluhanPerusahaan di Banyuasin Tandatangani Komitmen Bersama