Mahasiswa tidak boleh sekali sekali menelan informasi secara mentah mentah, Itu karena nya pendidikan bukan hanya sekedar perihal Menimba Ilmu, akan tetapi juga mempertanyakan kebenaran di balik nya.

Oleh : Kori Apri Sandi (Kabid Infokom HMI Cabang Jambi)

Kota Jambi, Indonesiamenyala.com – Menjadi seorang mahasiswa bukan sekedar status akademik, Namun sejatinya untuk menjadi sebuah agen perubahan. Dalam perjalanan itu, ada beberapa prinsip yang kerap kali dipegang teguh agar mahasiswa tidak hanya menjadi “produk sistem” akan tetapi “pelaku sistem” yang mampu memberi dampak nyata.

Mahasiswa tidak boleh sekali sekali menelan informasi secara mentah mentah, Itu karena nya pendidikan bukan hanya sekedar perihal Menimba Ilmu, akan tetapi juga mempertanyakan kebenaran di balik nya. Sikap kritis adalah tameng yang kokoh dari sebuah trik tipu daya manipulasi, sementara logika sejatinya bagaikan pedang untuk membedah kebohongan. Tanpa keduanya Mahasiswa adalah mesin penghafal tanpa arah. Kita harus Merefleksikan apakah kita sudah bertanya cukup banyak? Ataukah kita hanya menerima kebijakan tanpa analisis mendalam?

Baca juga:  Lemahnya Peran Pemerintah dalam struktur perekonomian Provinsi Jambi

Mahasiswa harus mandiri, baik secara Intelektual maupun emosional. Tidak boleh hanya bergantung pada dosen,organisasi, dan juga sistem. Kemerdekaan berfikir dari hati adalah landasan untuk memimpin, Sementara kemandirian emosional adalah landasan untuk kita tetap kuat dalam terpaan tekanan. Hari ini Apakah kita sudah mampu berdiri sendiri, atau masih mencari validasi dari pihak lain?

Memang benar mahasiswa tidak hidup dalam ruang hampa.Kita adalah bagian dari kelompok yang lebih besar, baik dikampus maupun ditengah masyarakat. Solidaritas mencerminkan keberanian untuk membela yang lemah, dengan menolak ketidakadilan, dan menciptakan ruang diskusi yang inklusif.

Dunia berubah dengan sangat cepatnya, dan mahasiswa harus siap beradaptasi. Kemampuan ini bukan berarti mengorbankan prinsip, akan tetapi sebuah keharusan untuk menemukan cara baru yang lebih relevan untuk bertahan dalam situasi yang kian berkembang. Apakah kita sudah siap menghadapi perubahan, Atau malah kita terjebak dalam sebuah kenyamanan?

Baca juga:  Krisis Ideologi HMI Cabang Jambi: Dari Pengkaderan Intelektual ke Arena Materialisme dan Kebodohan